Selasa, 06 Agustus 2013

Lebaran Tiba Di Musim Kekeringan Likuiditas

Dalam siklus keuangan mikro Indonesia, biasanya menjelang hingga pertengahan bulan Ramadhan merupakan masa-masa sibuk bagi pelaku keuangan mikro. Pasalnya permintaan kredit modal kerja serta penarikan tabungan dan deposito umumnya meningkat cukup signifikan pada masa itu.

Permintaan kredit modal kerja bagi pengusaha mikro, yang banyak didominasi oleh sektor perdagangan, umumnya meningkat akibat tingkat permintaan dari konsumen masyarakat menengah bawah meningkat dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan dan Lebaran. Permintaan juga digerakan oleh kaum urban yang mudik sekaligus sebagai pemicu meningkatnya peredaran uang di daerah.

Di sisi lain para penabung dan deposan umumnya juga melakukan penarikan tunai yang lebih besar dibandingkan hari-hari diluar musim Lebaran ini. Bahkan sebagian dari masyarakat menengah bawah sengaja menabung selama satu tahun penuh dan memanfaatkannya pada saat Lebaran tiba.

Sayang musim sibuk bagi para pelaku keuangan mikro kali ini menjadi kurang maksimal karena dunia lembaga keuangan sedang menghadapi likuiditas yang semakin ketat. Ketatnya likuiditas tersebut seolah juga diamini oleh Bank Indonesia dengan menaikan BI Rate sebesar 75 basis point menjadi 6,5%.

Apa yang dilakukan oleh para pelaku keuangan mikro ketika permintaan kredit meningkat tetapi sumber dananya / likuiditasnya menipis? Perhatikan grafik Perkembangan kegiatan usaha BPR sebagai representasi dari pelaku keuangan mikro bahwa untuk menopang ekspansi kreditnya, BPR pada umumnya mengandalkan penarikan dananya di bank umum sekaligus meningkatkan perolehan dana linkage dari bank umum yang lebih besar.

Dalam kurun waktu Januari - Juni 2013, ekspansi kredit BPR meningkat sekitar Rp. 6 triliun, namun pertumbungan dana murahnya dalam bentuk tabungan dan deposito hanya tumbuh hampir Rp. 1 triliun. Untuk menutupi kekurangannya untuk menopang pertumbuhan kreditnya, BPR menarik dana likuiditasnya yang disimpan di bank umum hingga sebesar Rp. 2,3 triliun dalam kurun waktu yang sama ditambah perolehan fasilitas linkage dari bank umum sebesar Rp. 2,2 triliun. Sedangkan sisanya ditutupi dari penyaluran kembali dana yang masuk dari angsuran. Fasilitas linkage dari bank umum kepada BPR yang selama ini berada pada kisaran 15% saat ini telah melampaui angka 20%.

Hal tersebut di atas dikarenakan adanya perlambatan pertumbuhan sumber dana murah atau dana pihak ketiga dari masyarakat yang hanya tumbuh sekitar 2% dalam waktu 5 bulan terakhir. Jika kondisi ini berlanjut terus untuk jangka waktu yang cukup lama, maka dapat dipastikan ketergantungan BPR pada bank umum semakin meningkat, dan sudah barang tentu biaya dana BPR yang berasal dari bank umum juga meningkat akibat tingginya.

Ujungnya ada dua pilihan, apakah BPR bersedia menurunkan marjin keuntungannya atau para pelaku usaha mikro kecil yang akan dibebani dengan bunga yang lebih besar?  Kita tunggu jawabannya setelah masa Lebaran usai... Selamat Idul Fitri 1434H, Mohon Maaf Lahir Bathin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar