Sabtu, 24 Agustus 2013

Dampak Depresiasi Rupiah terhadap Ekspansi Kredit Mikro Kecil

Banyak pengamat dan pelaku menyebutkan bahwa usaha mikro-kecil pada umumnya tahan terhadap krisis ekonomi, termasuk kedap terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah. Berdasarkan data empiris (termasuk kejadian tahun 1998 dan 2008), premis itu benar adanya. Hal itu menunjukan bahwa masih lebih banyak pelaku usaha mikro dan kecil di Indonesia yang tidak menggantungkan diri dengan pinjaman dari perbankan.

Artinya, masih banyak pelaku usaha mikro dan kecil yang dapat survive tanpa bergantung dengan sumber permodalan dari perbankan, atau lembaga lain yang mudah mudah terkena dampak perubahan ekonomi makro.
Lain halnya dengan lembaga keuangan mikro yang melayani usaha mikro dan kecil (dalam hal ini direpresentasikan dengan data BPR), fluktuasi pergerakan kurs ternyata memiliki response yang cukup signifikan terhadap ekspansi kredit mikro kecil dari lembaga keuangan mikro. Setiap terjadi penurunan nilai (depresiasi) Rupiah pertumbuhan bulanan (month on month) kredit kepada usaha mikro kecil mengalami perlambatan 45% (berkorelasi negatif 0,45 terhadap pertumbuhan kredit m-o-m). Sedangkan pengaruh depresiasi Rupiah terhadap pertumbuhan kredit satu tahunan (year on year) hanya akan memperlambat 6% (berkorelasi negatif 6% dari pertumbuhan kredit y-o-y).
Namun demikian, jika depresiasi Rupiah terus berlanjut maka perlambatan kredit akan terus terjadi dalam waktu 7 – 8 bulan dengan perlambatan hingga 80% lebih.


Dengan situasi fluktuasi Rupiah yang gonjang gajing seperti saat ini, dimana Rupiah sempat terdepresiasi hingga level  Rp. 11 ribu per USD, akankah berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit mikro kecil? Bisa ya bisa tidak.
Jika depresiasi Rupiah berlanjut dan diiringi dengan penurunan likuiditas pasar, sehingga perbankan menurunkan kucuran kredit linkage kepada lembaga keuangan mikro, maka dapat dipastikan ekspansi kredit mikro kecil akan mengalami perlambatan. Namun sebaliknya, jika depresiasi hanya berfluktuasi sesaat yang tidak menyebabkan melemahnya likuiditas secara signifikan, maka depresiasi Rupiah hanya akan ada koreksi minor terhadap pertumbuhan kredit mikro kecil.
Melihat situasi belakangan ini, besar kemungkinan depresiasi Rupiah masih akan terus berlanjut dan likuiditas di pasar masih cenderung 'mengering'. Oleh karena itu, ekspansi kredit mikro kecil dalam tujuh bulan mendatang secara teoritis cenderung akan mengalami perlambatan. Mari kita doakan saja agar badai itu cepat berlalu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar