Rabu, 28 Agustus 2013

Tetap Bijak dan Waspada Menghadapi Merosotnya Rupiah

Permasalahan pengrajin tempe dan tahu yang terkena dampak merosotnya nilai tukar Rupiah sebenarnya masalah lama yang terus berulang. Selama mereka masih mengandalkan kedelai impor, masalah ini pasti akan berulang dan berulang lagi setiap kali nilai Rupiah merosot.
Berdasarkan data historis lima tahun terakhir, sesungguhnya tidak terlalu banyak usaha mikro kecil yang terkena dampak merosotnya nilai tukar Rupiah. Jika dilihat korelasinya dari statistik lima tahun terakhir, penurunan nilai tukar Rupiah memang berdampak pada kenaikan Non Performing Loan (NPL). Koefisien korelasi antara nilai tukar dengan NPL BPR sebesar 0,58, artinya ada kemungkinan yang cukup kuat jika nilai tukar Rupiah merosot maka NPL BPR meningkat.
Tetapi jika kita telaah lebih dalam lagi (lihat gambar grafik di bawah ini), kenaikan NPL yang disebabkan oleh penurunan nilai tukar Rupiah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir secara ekstrim terjadi pada akhir tahun 2008 dan awal 2009. Selanjutnya, hubungan antara nilai tukar Rupiah dengan NPL terlihat tidak memiliki korelasi yang kuat. Dimana ketika trend Rupiah menguat, NPL BPR menurun, tetapi ketika trend Rupiah kembali melemah NPL BPR tetap menurun.

Jika melihat data seperti itu, kita patut menduga meningkatnya NPL BPR di akhir tahun 2008 dan awal 2009 ketika nilai tukar Rupiah turun hingga diatas Rp. 12 ribu per US$, lebih dikontribusikan oleh kenaikan NPL BPR Tripanca Setiadana yang luar biasa ketika itu. Sebagaimana diberitakan oleh berbagai mass media, kenaikan NPL BPR Tripanca disebabkan oleh skandal kredit fiktif dan side streaming untuk kepentingan group usaha sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing tidak menyebabkan merosotnya kemampuan usaha mikro kecil membayar hutang. Fenomena jeritan pengrajin tempe tahu karena Rupiah melemah hanyalah spot kecil bagi keuangan mikro kecil. Namun demikian, bukan berarti melemahnya Rupiah dapat dipastikan tidak akan berdampak pada kenaikan NPL BPR, karena kita tidak bisa melihat kemungkinan terjadinya skandal seperti BPR Tripanca hanya dengan kacamata awam –hanya melihat dari permukaan.
Yakinlah jika seluruh pengelolaan BPR dilakukan secara proper, maka melemahnya Rupiah tidaklah akan membawa musibah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar